Si Kerudung Merah. Dahulu kala, hiduplah seorang gadis desa di dekat hutan. Ia bernama Amanda. Ke manapun gadis itu pergi, ia selalu mengenakan kerudung berwarna merah sehingga orang biasa memanggilnya so Kerudung Merah.
Pada suatu pagi, datanglah seseorang menemui ibu Amanda. Ia membawa sepucuk surat. “Aduh. Nak. Nenekmu sakit,” kata ibu Amanda setelah membaca surat itu.
“kalau nenek makan sup masakan Ibu, sebentar saja ia akan sehat kembali,” saran Amanda.
“Betul kamu,” kata ibunya. Maka, segera disiapkannya semangkuk sup dan ditaruhnya dalam keranjang agar mudah dibawa Amanda.
Setelah semua siap, Amanda memakai kerudung merahnya. Ia mencioum ibunya dan berpamitan.
“Ingat, langsung kerumah nenek,” kata ibunya berpesan. “Jangan keluar dari jalan! Di hutan banyak bahaya.”
“Jangan khawatir, Bu!” jawab gadis itu riang. “Aku tidak akan ke mana-mana.”
Akan tetapi, ketika dilihatnya bunga-bunga di hutan, Amanda menjadi lupa akan janjinya. Tak lama kemudian, ia sudah jauh dari jalan. Ia tidak menyadari adanya seekor serigala.
Akhirnya, sampailah ie ditempat penebang katu. “Hai, Kerudung Merah!” sapa orang itu. “Untuk apa kamu dihutan sendirian?”
“Aku memetik bunga untuk nenek,” jawab Amanda. “Nenek sedang sakit.”
“Bagus. Tetapi, sekarang sebaiknya kamu kembali kejalan,” kata si penebang kayu. “Ada serigala yang berkeliaran di sekitar sini.”
Dengan diantar si penebang kayu, Amanda kembali ke jalan. Tetapi, tak lama kemudian, Amanda melihat kupu-kupu. Diikutinya kupu-kupu itu dan lagi-lagi ia keluar dari jalan. Tiba-tiba, muncullah serigala itu. “Hai Kerudung Merah,” kata serigala. “Sedang apa kamu di sini?” Rupanya serigala telah ikut mendengarkan pembicaraan si penebang kayu dengan Amanda.
“Aku mau pergi ke rumah Nenek,” jawab Amanda. “Nenek sedang sakit.”
“Wah, lebih baik kamu cepat-cepat kembali kejalan,” kata serigala member nasihat,” kata serigala member nasihat. “Sebaiknya kamu kuantar sampai ke jalan. Kamu tidak tahu, ya, di daerah ini ada seekor serigala jahat yang suka berkeliaran!”
“Seperti apa serigala itu?” tanya Amanda.
“Wah, serigala itu bertelinga ungu panjang sekali,” jawab serigala. “Tetapi, di mana rumah nenekmu?”
Amanda agak bandel, tetapi ia tahu sopan-santun. Maka, pertanyaan serigala itu dijawabnya baik-baik dan diberitahukannya tempat kediaman nenek. Amanda meneruskan perjalanannya ke rumah nenek. Sementara itu, serigala mendahuluinya lewat jalan pintas.
Serigala tiba dirumah nenek dengan napas agak terengah-engah karena ia baru saja berlari cepat. Serigala langsung mengetuk pintu.
“Siapa itu?” Tanya nenek dari tempat tidurnya.
“Kerudung Merah, nek!” jawab serigala dengan suara tinggi yang dimanis-maniskan.
“Ee, anak manis,” kata nenek. “ayo masuk saja , cucuku!”
Serigala itupun masuk. Lalu, tanpa memberikan kesempatan untuk berkata sepatah pun, serigala mencaplok nenek malang itu hidup-hidup.
Serigala bersendawa penuh perasaan puas. Selanjutnya, dibukanya lemari pakaian nenek dan dicarinya baju tidur yang cocok. Ia juga memakai kain penutup kepala yang berkerucut dan mengoleskan minyak wangi nenek di belakang daun telinganya yang runcing.
Setelah berpakaian lengkap, serigala itu berdiri di depan cermin. Dicobanya meniru suara nenek: “Ee, anak manis! Ayo, masuk saja, cucuku!” Ia mencoba terus sampai merasa puas.
Beberapa menit kemudian, datanglah si Kerudung Merah langsung mengetuk pintu. Serigala melompat naik ke ranjang nenek dan menarik selimut sampai dibawah hidungnya.
“Siapa itu?” Tanya serigala dengan suara parau.
“Aku , Nek, Kerudung Merah,” seru Amanda.
“Ee, anak manis. Ayo, masuk saja, cucuku,”
Kata serigala dengan suara yang dibuat-buat untuk menyilakan Amanda masuk.
Amanda meletakan keranjangnya di meja dapur, lalu mencium pipi neneknya. “Kasihan” gumam Amanda. “Nenek kelihatan lain sekali! Akan kusiapkan makan siang yang hangat untuk Nenek.”
“Aku senang sekali, cucuku,” jawab serigala.
“Suara Nenek parau dank eras,” kata Amanda sambil mengiris roti.
“Malahan lebih baik untuk menyambutmu, cucuku,” jawab serigala.
“Makanlah ini, Nek, biar Nenek cepat sembuh,” kata Amanda. Ia membawakan semangkuk besar. “Ini sup ayam kesukaan Nenek.”
“Terimakasih, cucuku,” jawab serigala.
“Apakah terlinga Nenek juga sakit?” Tanya Amanda yang melihat tonjolan di kain kerudung neneknya.
“Mungkin sedikit bengkak,” jawab serigala. “Malahan lebih baik untuk mendengarmu, manis.” Tetapi, ketika serigala berkata begitu, baju tidurnya melorot sehingga kelihatanlah moncongnya.
“Astaga!” seru Amanda. “Gigi Nenek begitu besar!”
“Malahan lebih baik untuk melahapmu, cucuku!” jawab serigala dengan mengaum.
Dalam sekejap mata, gadis kecil itu sudah menyusul neneknya di dalam perut serigala.
Serigala itu bersendawa lagi, lalu berbaring untuk tidur sejenak. Tetapi, dalam tidurnya ita mendengkur begitu keras sehingga suaranya didengar oleh pemburu yang lewat.
“Rupanya ada sesuatu yang mencurigakan nenek si Kerudung merah,” piker si pemburu.
Ia mengetuk pintu, tetapi serigala itu begitu terlelap dalam tidurnya sehingga ia tidak terbangun.
Pemburu itu mendorong jendela hingga terbuka. Begitu dilihatnya serigala di ranjang Nenek, ditembakannya senapannya. Seketika matilah serigala itu.
Pemburu ingin memastikan bahwa serigala itu sudah mati, Ia mendekat untuk mendengarkan detak jantungnya. Tetapi, telinganya malah menangkap suara sayup-sayup minta tolong. Maka, dibelahnya perut serigala, dan keluarlah Amanda serta neneknya dalam keadaan utuh dan sehat.
“Aduh, Nek! Aku tadi takut sekali!” kata Amanda. “Aku berjanji, mulai sekarang aku akan menuruti nasihat ibu!”
“Ini pelajaran yang sangat penting bagimu, cucuku,” kata Nenek.
Sesudah itu, Amanda diantar oleh pemuru sampai ke rumahnya.
“Oh, sudah pulah kamu, Amanda!” kata ibu menyambutnya. “Bagaimana keadaan nenek?”
“Sekarang sudah lebih sehat,” jawab Kerudung Merah dengan tertawa riang.
Amanda Si Kerudung Merah
The End
Pada suatu pagi, datanglah seseorang menemui ibu Amanda. Ia membawa sepucuk surat. “Aduh. Nak. Nenekmu sakit,” kata ibu Amanda setelah membaca surat itu.
“kalau nenek makan sup masakan Ibu, sebentar saja ia akan sehat kembali,” saran Amanda.
“Betul kamu,” kata ibunya. Maka, segera disiapkannya semangkuk sup dan ditaruhnya dalam keranjang agar mudah dibawa Amanda.
Setelah semua siap, Amanda memakai kerudung merahnya. Ia mencioum ibunya dan berpamitan.
“Ingat, langsung kerumah nenek,” kata ibunya berpesan. “Jangan keluar dari jalan! Di hutan banyak bahaya.”
“Jangan khawatir, Bu!” jawab gadis itu riang. “Aku tidak akan ke mana-mana.”
Akan tetapi, ketika dilihatnya bunga-bunga di hutan, Amanda menjadi lupa akan janjinya. Tak lama kemudian, ia sudah jauh dari jalan. Ia tidak menyadari adanya seekor serigala.
Akhirnya, sampailah ie ditempat penebang katu. “Hai, Kerudung Merah!” sapa orang itu. “Untuk apa kamu dihutan sendirian?”
“Aku memetik bunga untuk nenek,” jawab Amanda. “Nenek sedang sakit.”
“Bagus. Tetapi, sekarang sebaiknya kamu kembali kejalan,” kata si penebang kayu. “Ada serigala yang berkeliaran di sekitar sini.”
Dengan diantar si penebang kayu, Amanda kembali ke jalan. Tetapi, tak lama kemudian, Amanda melihat kupu-kupu. Diikutinya kupu-kupu itu dan lagi-lagi ia keluar dari jalan. Tiba-tiba, muncullah serigala itu. “Hai Kerudung Merah,” kata serigala. “Sedang apa kamu di sini?” Rupanya serigala telah ikut mendengarkan pembicaraan si penebang kayu dengan Amanda.
“Aku mau pergi ke rumah Nenek,” jawab Amanda. “Nenek sedang sakit.”
“Wah, lebih baik kamu cepat-cepat kembali kejalan,” kata serigala member nasihat,” kata serigala member nasihat. “Sebaiknya kamu kuantar sampai ke jalan. Kamu tidak tahu, ya, di daerah ini ada seekor serigala jahat yang suka berkeliaran!”
“Seperti apa serigala itu?” tanya Amanda.
“Wah, serigala itu bertelinga ungu panjang sekali,” jawab serigala. “Tetapi, di mana rumah nenekmu?”
Amanda agak bandel, tetapi ia tahu sopan-santun. Maka, pertanyaan serigala itu dijawabnya baik-baik dan diberitahukannya tempat kediaman nenek. Amanda meneruskan perjalanannya ke rumah nenek. Sementara itu, serigala mendahuluinya lewat jalan pintas.
Serigala tiba dirumah nenek dengan napas agak terengah-engah karena ia baru saja berlari cepat. Serigala langsung mengetuk pintu.
“Siapa itu?” Tanya nenek dari tempat tidurnya.
“Kerudung Merah, nek!” jawab serigala dengan suara tinggi yang dimanis-maniskan.
“Ee, anak manis,” kata nenek. “ayo masuk saja , cucuku!”
Serigala itupun masuk. Lalu, tanpa memberikan kesempatan untuk berkata sepatah pun, serigala mencaplok nenek malang itu hidup-hidup.
Serigala bersendawa penuh perasaan puas. Selanjutnya, dibukanya lemari pakaian nenek dan dicarinya baju tidur yang cocok. Ia juga memakai kain penutup kepala yang berkerucut dan mengoleskan minyak wangi nenek di belakang daun telinganya yang runcing.
Setelah berpakaian lengkap, serigala itu berdiri di depan cermin. Dicobanya meniru suara nenek: “Ee, anak manis! Ayo, masuk saja, cucuku!” Ia mencoba terus sampai merasa puas.
Beberapa menit kemudian, datanglah si Kerudung Merah langsung mengetuk pintu. Serigala melompat naik ke ranjang nenek dan menarik selimut sampai dibawah hidungnya.
“Siapa itu?” Tanya serigala dengan suara parau.
“Aku , Nek, Kerudung Merah,” seru Amanda.
“Ee, anak manis. Ayo, masuk saja, cucuku,”
Kata serigala dengan suara yang dibuat-buat untuk menyilakan Amanda masuk.
Amanda meletakan keranjangnya di meja dapur, lalu mencium pipi neneknya. “Kasihan” gumam Amanda. “Nenek kelihatan lain sekali! Akan kusiapkan makan siang yang hangat untuk Nenek.”
“Aku senang sekali, cucuku,” jawab serigala.
“Suara Nenek parau dank eras,” kata Amanda sambil mengiris roti.
“Malahan lebih baik untuk menyambutmu, cucuku,” jawab serigala.
“Makanlah ini, Nek, biar Nenek cepat sembuh,” kata Amanda. Ia membawakan semangkuk besar. “Ini sup ayam kesukaan Nenek.”
“Terimakasih, cucuku,” jawab serigala.
“Apakah terlinga Nenek juga sakit?” Tanya Amanda yang melihat tonjolan di kain kerudung neneknya.
“Mungkin sedikit bengkak,” jawab serigala. “Malahan lebih baik untuk mendengarmu, manis.” Tetapi, ketika serigala berkata begitu, baju tidurnya melorot sehingga kelihatanlah moncongnya.
“Astaga!” seru Amanda. “Gigi Nenek begitu besar!”
“Malahan lebih baik untuk melahapmu, cucuku!” jawab serigala dengan mengaum.
Dalam sekejap mata, gadis kecil itu sudah menyusul neneknya di dalam perut serigala.
Serigala itu bersendawa lagi, lalu berbaring untuk tidur sejenak. Tetapi, dalam tidurnya ita mendengkur begitu keras sehingga suaranya didengar oleh pemburu yang lewat.
“Rupanya ada sesuatu yang mencurigakan nenek si Kerudung merah,” piker si pemburu.
Ia mengetuk pintu, tetapi serigala itu begitu terlelap dalam tidurnya sehingga ia tidak terbangun.
Pemburu itu mendorong jendela hingga terbuka. Begitu dilihatnya serigala di ranjang Nenek, ditembakannya senapannya. Seketika matilah serigala itu.
Pemburu ingin memastikan bahwa serigala itu sudah mati, Ia mendekat untuk mendengarkan detak jantungnya. Tetapi, telinganya malah menangkap suara sayup-sayup minta tolong. Maka, dibelahnya perut serigala, dan keluarlah Amanda serta neneknya dalam keadaan utuh dan sehat.
“Aduh, Nek! Aku tadi takut sekali!” kata Amanda. “Aku berjanji, mulai sekarang aku akan menuruti nasihat ibu!”
“Ini pelajaran yang sangat penting bagimu, cucuku,” kata Nenek.
Sesudah itu, Amanda diantar oleh pemuru sampai ke rumahnya.
“Oh, sudah pulah kamu, Amanda!” kata ibu menyambutnya. “Bagaimana keadaan nenek?”
“Sekarang sudah lebih sehat,” jawab Kerudung Merah dengan tertawa riang.
Amanda Si Kerudung Merah
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar